Pesona Nilam RI: 'Emas Hijau' dari Aceh
Prospek Cerah
Dengan potensi tersebut, prospek ekspor minyak nilam kita ke depan masih cukup cerah. Terutama karena permintaan global yang tinggi akan parfum dan kosmetik.
Selain itu, permintaan juga didorong oleh lonjakan penggunaan produk herbal. Masyarakat dunia mulai memahami manfaat kesehatan yang terkandung dalam minyak atsiri tersebur.
Minyak nilam diketahui dapat membantu mengatasi masalah pernapasan, mengobati inflamasi, bantu mempercepatan penyembuhan luka. Kemudian, minyak ini juga memiliki sensasi yang menenangkan pikiran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat kenaikan pada permintaan ekspor minyak nilam, meskipun pertumbuhannya memang cenderung fluktuatif. Negara tujuan utama ekspor minyak nilam Tanah Air adalah India, Perancis, Singapura, Spanyol dan Amerika Serikat.
Berebut Pasar Eropa
Meskipun berstatus sebagai produsen minyak nilam nomor satu di dunia, Indonesia belum mampu menguasai pasar Eropa. Padahal negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, Inggris, Belanda, Spanyol dan Swiss menawarkan peluang terbaik bagi pemasok minyak atsiri khususnya nilam dengan harga yang premium.
Studi dari CBI mencatat Perancis sejauh ini merupakan importir terbesar minyak atsiri dari wilayah Eropa. Posisi terdepan ini telah dipegangnya setidaknya selama lima tahun terakhir. Ekspor ke Prancis dalam kategori ini melebihi nilai 253 juta Euro pada tahun 2021, dan total volumenya sekitar 4.400 ton.
Indonesia menjadi salah satu negara pemasok utama minyak atsiri bagi Perancis dengan kontribusi sebesar 10 persen. Disusul oleh India (9 persen), Tiongkok (8 persen), Spanyol (8 persen) dan Turki (6 persen).
Dilihat dari kontribusinya, CBI menyebut bahwa persentase tersebut relative rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing negara pemasok menempati ceruk tertentu dengan hanya menawarkan sedikit minyak atsiri, bukan dalam jumlah yang banyak.
Kemudian, Jerman menjadi importir minyak atsiri terbesar kedua di Eropa. Impornya pada 2021 bernilai 130 juta Euro dengan total volume 3.300 ton. Pemasok utamanya adalah Prancis (21 persen), Tiongkok (15 persen), Amerika Serikat (11 persen).
Tiga negara pertama tersebut bahkan menyumbang hampir 50 persen impor. Hal ini menunjukkan bahwa struktur rantai pasokan Jerman sangat berbeda dengan Prancis.
Lebih lanjut, studi dari CBI menggarisbawahi bahwa Indonesia jarang menempati posisi sebagai pemasok utama minyak atsiri. Meskipun Ibu Pertiwi merupakan produsen utama minyak nilam. Kebanyakan negara-negara Eropa yang memimpin di pangsa impor essential oils mendatangkan kebutuhannya dari Perancis, Amerika Serikat dan China.
Melihat gambaran data ini, maka sudah semestinya Indonesia ke depan bisa meningkatkan produksi nilam. Setelahnya dapat merebut pasar-pasar Eropa yang cukup potensial.
Pemerintah juga tidak boleh menutup mata melihat peran komoditi nilam dan hasil olahannya yang sedemikian besar bagi negara dan petani khususnya. Komoditas ini tetap harus didukung dalam suatu perencanaan yang menyeluruh, terpadu dan sinergis baik janga pendek, menengah, maupun jangka panjang.
.png)


0 Comments